Dosen STIT Pringsewu Ikuti Konferensi Pengembangan Pendidikan Islam

Keterangan Gambar : Konferensi Ilmiah Yogyakarta
Sejumlah dosen Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pringsewu mengikuti Konferensi Ilmiah Strategi
Pengembangan Pendidikan Islam di Yogyakarta, (30/11/2022. Mereka menyajikan
berbagai topik hasil penelitian terkait pengembangan pendidikan Islam, baik di
sekolah atau madrasah, perguruan tinggi, maupun pesantren. Konferensi Ilmiah
ini sangat menarik dalam rangka menemukenali problematika dan memberikan saran
serta solusi strategis dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
Ketua STIT
Pringsewu Dwi Rohmadi Mustofa, M.Pd., di Yogyakarta mengatakan, para dosen memiliki
tanggung jawab memberikan kontribusi pengembangan keilmuan, pendidikan, dan
pengabdian kepada masyarakat. Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan
melalui berbagai aktivitas penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
“Konferensi
seperti ini merupakan media diseminasi hasil-hasil penelitian dan wujud
tanggung jawab insan akademik terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Kami mendukung
para dosen melakukan penelitian dan mengikuti berbagai forum ilmiah,” ujarnya.
Baca Lainnya :
- STIT Pringsewu Tandatangani Kerjasama dengan Universitas NU Yogyakarta0
- Mahasiswa Laksanakan Praktik Pengalaman Lapangan 0
- Seminar Pendidikan tentang MBKM0
- Workshop Penyusunan Buku Ajar0
- Pelatihan Inovasi Pembelajaran dan Desain Pembelajaran0
Sedangkan dalam
konferensi, Dr. Moh. Masrur dan Nurhadi Kusuma, memaparkan hasil penelitian
tentang Evaluasi Program Tahfizh Berbasis Aplikasi. Hasil penelitian ini
menunjukkan, evaluasi program tahfizh melalui aplikasi lebih efektivitas dan
menyajikan data yang lebih komprehensif, sehingga sangat membantu bagi lembaga
dalam merancang program pendidikan maupun pengelolaan program tahfizh. “Era
digital dan terus bertumbuhnya pengguna android harus disikapi dengan
memberikan kemudahan akses dalam melakukan evaluasi program tahfizh di pesantren,”
tutur Masrur.
Topik Reputasi
Perguruan Tinggi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang menegaskan bahwa
civitas akademika merupakan intelektual memiliki tanggung jawab memberikan
kontribusi ide atau gagasan yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan umat
manusia. Dalam perkembangannya terkini, pengelolaan perguruan tinggi harus
memadukan antara tekbnologi atau digitalisasi dan tata kelola yang adaptif.
Reputasi kampus, kata Salamun, menjadi nyata apabila sumber daya manusia yang
ada di dalamnya terus dikembangkan kapasitas dan kompetensinya. “Pengembangan sumber daya ini bisa melalui
jalur pendidikan formal maupun informal,” ujarnya.
Dr. Abdul Hamid
dan Muhtarom, M.Sc., mengangkat topik Tantangan Pengembangan Pesantren di Era
Milenial. Saat ini tantangan pesantren mencakup, pertama kuatnya pengaruh
globalisasi dan kecenderungan pengelolaan secara lokal. Kedua, adanya tuntutan
pengelolaan secara universal dan berhadapan dengan model individual; ketiga,
adanya tantangan tradisi dan modernitas. Tantangan keempat yakni, model
kompetisi dan model kebersamaan dalam mengelola pesantren, dan kelima,
munculnya sikap spiritualisme berhadap-hadapan dengan sikap materialisme.
“Menghadapi tantangan demikian, pesantren harus tetap memberikan respon positif
dan solutif tanpa mengurung diri. Pendidikan Islam harus tetap inklusif dan
memiliki karakter,” ucap Hamid.
Selain tim peneliti tersebut, presenter yang berasal
dari STIT Pringsewu dalam Konferensi Ilmiah ini adalah Muh. Idris, M.Pd.I., dan
Syeh Al Ngarifin, M.Pd.I. yang mempresentasikan hasil penelitian tentang
Digitalisasi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, serta Dr. Ihsan Mustofa, dan
Dr. Aliyah Mantik dengan topik presentasi Strategi Menghidupkan Nilai (Living
Values). (*)